Berbincang dengan Petani dan Nelayan, Menko PMK Dorong Pemberdayaan Rumput Laut di Bulukumba

Menko PMK saat berbincang dengan Nelayan Bulukumba.

Bulukumbapos.com – Budidaya rumput laut menjadi pilihan kegiatan ekonomi bagi masyarakat pesisir, termasuk di Kabupaten Bulukumba. Mengutip data Pemerintah Provinsi Sulsel, produksi rumput laut di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2016 sebanyak 158.440 ton atau sekitar 6,71% dari total produksi rumput laut di Provinsi Sulsel.

Namun ironis, kehidupan para petani rumput laut di Kabupaten Bulukumba belum sepadan dengan potensi keuntungan ekonomi yang bisa didapatkan dari hasil budidaya rumput laut. Padahal, rumput laut memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi karena merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy secara informal menelusuri pantai di sekitar menara suar Bulukumba. Di sana Muhadjir berbincang dengan para nelayan dan petani rumput laut. Sambil memegang rumput laut di perahu yang baru dipanen, Muhadjir menanyakan suka duka petani rumput laut. Muhadjir juga menemui ibu-ibu yang menjemur rumput laut coklat gelap itu.

Dari hasil perbincangan dan penelusuran sekitar satu jam itu, Muhadjir mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba agar lebih memberdayakan para petani, khususnya petani rumput laut yang ada di kawasan pesisir.

“Tolong berdayakan petani, terutama petani rumput laut karena pantai di Bulukumba ini bagus, bersih, panjang, kemudian kandungan airnya juga sangat memungkinkan, sangat cocok untuk rumput laut,” ujarnya saat memberikan orasi ilmiah di acara Wisuda Universitas Muhammadiyah Bulukumba, Sulsel, Kamis (10/6).

Muhadjir menceritakan berdasarkan pantauannya langsung ketika sedang berolahraga pagi di pesisir pantai Bulukumba, ia melihat kegigihan dan kerja keras masyarakat pesisir termasuk para petani rumput laut yang sedang memanen hasil budidaya dan juga para nelayan.

“Para petani rumput laut dan nelayan di Bulukumba ini pekerja keras, pagi-pagi sudah memanen rumput lautnya, memanen ikan. Saya tanyakan berapa harga rumput lautnya kalau dijual, ternyata hanya Rp15 ribu per kilogram,” tuturnya.

Ia pun mengungkap bahwa dibandingkan dengan harga impor ‘plastik’ pembungkus makanan olahan seperti sosis yang bisa mencapai Rp 1 juta per kilogram, harga bahan baku rumput laut di Kabupaten Bulukumba sangat rendah. Sedangkan faktanya, bahan dasar plastik pembungkus makanan olahan itu justru rumput laut yang diekspor Indonesia ke Jerman.

“Jadi bayangkan kalau kita makan nugget (sosis) itu rumput lautnya dari Indonesia tapi bikinnya di Jerman. Kita mengekspor rumput laut, kembali pulang ke Indonesia sudah dalam bentuk ‘plastik’ pembungkus sosis,” tandasnya.

Peran Perguruan Tinggi

Pada kesempatan tersebut, Menko PMK juga mengajak seluruh sivitas akademika perguruan tinggi, khususnya Universitas Muhammadiyah Bulukumba, untuk mengambil peran dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama para petani rumput laut.

Ia menyebut, rumput laut merupakan komoditas yang sangat menjanjikan. Rumput laut bukan hanya komoditas lokal, tapi komoditas internasional dengan nilai ekspor yang sangat tinggi karena termasuk jenis bahan yang multiguna seperti untuk bahan olahan makanan hingga bahan kosmetik.

“Bagaimana bisa mereka (petani rumput laut) menghasilkan bahan yang bagus untuk ekspor, tapi kok mereka masih miskin itu pasti ada yang salah. Ini merupakan tanggung jawab kita, tanggung jawab Universitas Muhammadiyah Bulukumba dan juga tentu alumni-alumninya,” tegas mantan Mendikbud tersebut.

Ia menyebut, rumput laut merupakan komoditas yang sangat menjanjikan. Rumput laut bukan hanya komoditas lokal, tapi komoditas internasional dengan nilai ekspor yang sangat tinggi karena termasuk jenis bahan yang multiguna seperti untuk bahan olahan makanan hingga bahan kosmetik.

“Bagaimana bisa mereka (petani rumput laut) menghasilkan bahan yang bagus untuk ekspor, tapi kok mereka masih miskin itu pasti ada yang salah. Ini merupakan tanggung jawab kita, tanggung jawab Universitas Muhammadiyah Bulukumba dan juga tentu alumni-alumninya,” tegas mantan Mendikbud tersebut.

Muhadjir meyakinkan apabila perguruan tinggi mau peduli dan menaruh perhatian besar terhadap upaya kemajuan daerah masing-masing, Indonesia akan mampu menjadi negara maju dengan masyarakatnya yang hidup makmur dan sejahtera.

“Cobalah itu rumput laut dipelajari betul mulai dari hulunya, petaninya sampai mata rantai supply chains nya sampai nanti ke tangan terakhir pemroduksi itu. Kalau bisa jangan dilepas begitu saja, tapi betul-betul diatur sedemikian rupa sehingga keuntungan yang diperoleh para petani ini juga memadai,” pungkas Menko PMK. (Wan_Bp)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *