Bulukumbapos — Sebuah inovasi menarik lahir dari kampus STIKES Panrita Husada Bulukumba, Sulawesi Selatan. Melalui sebuah program yang dinamai “Desa Komplementer”,.
Pada program tersebut, para dosen dan mahasiswa terbukti secara ilmiah berhasil meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, melalui kader kesehatan di desa, sehingga mampu membantu warga lansia penderita Diabetes agar lebih mandiri dalam menjaga kesehatannya dengan cara yang sederhana, alami, dan terjangkau.
Program yang dipimpin oleh Dr. Andi Suswani, Dosen Keperawatan Komunitas bersama dengan Dr. Fatmawati dan Asdinar, S.Farm, M.Kes, ini di implementasikan di Desa Bontobangun Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba selama kurang lebih 4 bulan terakhir.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader agar mampu membantu lansia meningkatkan kualitas hidupnya dengan memadukan terapi komplementer, seperti Terapi SEFT, senam kaki diabetik, pijat akupresur, dan pemanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA) seperti jahe, kunyit, dan sambiloto.
“Kami ingin lansia di desa ini bisa merawat diri dengan cara yang lebih alami, tidak sepenuhnya bergantung pada obat kimia atau medis, dengan pendekatan sederhana, yang menggabungkan pengobatan Farmakologi dan non Farmakologi,” ujar Dr. Andi Suswani pada media ini (Senin 3/11/2025).
Selama empat bulan, tim dari kampus STIKES Panrita Husada melatih 24 Kader Kesehatan Desa untuk menjadi pendamping lansia. Mereka diajarkan teknik terapi ringan, perawatan kaki, cara membuat ramuan herbal, hingga bagaimana memberikan edukasi kepada warga lain. Hasilnya, 85 persen kader sudah mampu mempraktikkan terapi komplementer, dan 70 persen keluarga lansia memahami cara perawatan non-obat untuk diabetes.
Kini, di tiga dusun (Dusun Pabbentengan, Dusun Buttakeke, dan Dusun Bontobangun) yang ada di Desa Bontobangun sudah berdiri Rumah Komplementer, tempat para lansia berkumpul dan diajar melakukan perawatan kaki, pemijatan dan terapi akupressur, selain itu, di setiap dusun juga dibangun kebun TOGA yang berisi tanaman obat seperti jahe, serai, dan daun insulin. beberapa lansia yang telah menjalani terapi akupressur mengatakan bahwa sekarang badan terasa lebih ringan dan enteng, sakit kepala hilang, serta tidak susah lagi tidur saat malam hari dan akan rutin melakukan senam kaki diabati. Pengakuan ibu Hasra, 49 tahun salah satu peserta program
Program ini tidak hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga berdampak sosial dalam membantu ekonomi keluarga.
Menurut Kepala Desa Mahdar, S.Pd, kegiatan ini sangat bermanfaat. “Masyarakat jadi lebih peduli dengan kesehatannya sendiri. Sekaligus bisa menumbuhkan usaha kecil berbasis herbal,” ujarnya.
Dimasa datang, STIKES Panrita Husada berencana memperluas program ini ke beberapa desa lain di Bulukumba. Selain itu, kampus STIKES Panrita Husada juga menyiapkan sistem digital sederhana untuk memantau kesehatan lansia.
“Harapan kami, Desa Komplementer bisa menjadi contoh bagi daerah lain, bahwa menjaga kesehatan tidak harus mahal. Cukup dengan kesadaran, kebersamaan, dan potensi alam yang ada di sekitar kita,” tutup Dr. Andi Suswani.
Rilis; A. Suswani
Editor; Ikhwan












