Tumpas Ancaman “Lost Generation”, Ini Kado Guru untuk Pendidikan di Indonesia

Seminar Hari Guru

Bulukumbapos.com – Pandemi Covid-19 memberikan ancaman “lost generation” (generasi yang hilang) yang membahayakan pendidikan, gizi, dan kesehatan anak-anak (UNICEF, 19 November 2020). Hal ini juga menjadi kekhawatiran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. Proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) baik daring maupun luring belum bisa optimal lantaran minimnya fasilitas dan kurangnya kerjasama sekolah dan orang tua.

Ketidak efektifan PJJ menjadi keresahan bagi banyak pihak. Praptono, Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud RI menyampaikan bahwa pembelajaran yang paling efektif tetaplah tatap muka, oleh karenanya pemerintah pun sudah berencana untuk kembali membuka sekolah dan memulai pembelajaran tatap muka pada Januari 2021 dengan pengawalan protokol kesehatan yang cukup ketat. Hal ini disampaikan pada Seminar Hari Guru Nasional melalui kanal youtube Sekolah Guru Indonesia (26/11/2020).

Rencana pemerintah membuka sekolah tersebut memang masih menuai kontroversi lantaran tingkat penularan virus Covid-19 di Indonesia masih di atas 10%. Terlepas dari keputusannya nanti, untuk mengatasi ancaman “lost generation”, kepemimpinan guru dalam masa krisis sangat diperlukan. Guru harus mampu memberikan layanan pendidikan berkualitas di masa pandemi baik secara PJJ maupun secara tatap muka terbatas dengan memenuhi protokol kesehatan.

Sekolah Guru Indonesia (SGI) organisasi pengkaderan kepemimpinan guru di bawah naungan Dompet Dhuafa Pendidikan turut andil dalam meningkatkan kompetensi kepemimpinan guru di masa pandemi dengan Gerakan Kolaborasi Guru Pemimpin. Gerakan ini dilakukan bersama 1026 guru sebagai kado Guru untuk pendidikan Indonesia.

Asep Ihsanudin,S.Pd, Ketua Sekolah Guru Indonesia, mengungkapkan jika gerakan ini dimulai pada 24 Oktober 2020 (Hari jadi SGI ke 11) dengan menerapkan siklus Startup Project Leadership (SPL) pada pembelajaran siswa SD di 28 Provinsi. “Sejauh ini SPL paling banyak diikuti oleh guru dari provinsi Nusa Tenggara Barat (27.9%) sebagai salah satu provinsi yang menjadi target SGI dalam memperbaiki kualitas pendidikan di wilayah Indonesia Tengah,” jelas Asep.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Aidy Furqan mengapresiasi peran Sekolah Guru Indonesia dalam pengembangan inovasi pembelajaran masa pandemi khususnya di NTB. Ia juga menyampaikan bahwa pemerintah akan senantiasa berperan untuk pendidikan di era pandemi dengan memberikan layanan kepada guru untuk mengoptimalkan kemampuan mengajar dan mendidik, mengembangkan bahan ajar berbasis teknologi, serta memberikan reward kepada yang berprestasi dan berdedikasi.

Startup Project Leadership (SPL) merupakan siklus pembelajaran berbasis kolaborasi kepemimpinan guru bersama siswa dalam memecahkan permasalahan teraktual melalui rintisan usaha yang inovatif dan produktif. Siklus ini terdiri dari tiga tahapan yaitu inkubasi, Startup, dan mobilisasi.

Jelang peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2020, sebanyak 803 guru mampu menciptakan inovasi pembelajaran, yang tak hanya mencapai KI (Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar), namun juga mampu mencetak 8.251 siswa SD menjadi agen perubahan. Mereka mampu menyelesaikan berbagai permasalahan nyata di lingkungannya, bahkan mendulang Rupiah dengan inovasinya.

Nasyith Majidi, Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika juga menyampaikan bahwa “Tugas Guru tentu bukan hanya mengajarkan pengetahuan. Membentuk kecerdasan itu mudah, tapi yang paling penting adalah membangun akhlak, membangun peradaban. Maka peradaban tertinggi harus dibangun oleh nilai-nilai kemanusiaan.”

Tugas membangun peradaban tak semestinya terhenti karena pandemi. Pembelajaran kreatif perlu dilakukan guru agar mampu meningkatkan kompetensi dan akhlak yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Arie Wijayantie, guru SDN Bojonggede 07 Kabupaten Bogor dan Perwakilan Peserta Kolaborasi Guru Pemimpin menerapkan siklus Startup Project Leadership pada tema pembelajaran Wirausaha kelas 6 dengan metode blanded learning.Sebanyak 30 siswa dibagi kedalam 6 kelompok. Setiap kelompok berdiskusi menentukan langkah-langkah memulai usahanya, mereka membagi tugas layaknya para CEO di perusahaan, ada yang menjadi ketua, sekertaris, keuangan, desain grafis, marketing, dll.

Menurut Arie beberapa tujuan SPL ialah agar para guru belajar bekerjasama dengan para mitra seperti orang tua siswa, percetakan brosur, pedagang plastik. Pemasaran dilakukan baik secara luring maupun daring melalui Whatsapp, Instagram, dan Facebook. Arie mengaku sangat bangga dengan perkembangan keterampilan wirausaha para siswa di tengah pandemi. “Saya sangat terharu ketika para siswa memberikan saya hadiah dari sebagian keuntungan mereka melakukan kegiatan ini, ditambah ada oaring tua siswa mendapati anaknya yang pemalu berani melanjutkan rintisan usahanya dengan membuka stand dagang di pasar kaget dengan tetap mematuhi protokol kesehatan,” ungkap Arie penuh syukur.

Sementara tujuh guru di Sumbawa Barat, NTB menerapkan siklus Startup Project Leadership pada pembelajaran tematik kelas 1 tema 1 yakni ”Kedato Inovatif” SDN 5 Taliwang dan SDN 12 Taliwang untuk membantu orang tua dan siswa kelas 1 mengenal huruf dengan lebih menyenangkan.

Permasalahan buta huruf di NTB memang cukup memprihatinkan, masih banyak orang tua yang tidak bisa membaca sehingga kesulitan untuk mendampingi anaknya belajar di rumah. Dengan pembelajaran yang menyenangkan, kurang dari satu minggu siswa dan orang tua berhasil mempelajari huruf A-Z melalui kedato Inovatif yang mereka buat.
Indra Cahya Uno, perwakilan pengusaha Indonesia mengapresiasi guru-guru yang mendampingi para siswa menjalankan Startup Project Leadership dalam rangka meningkatkan berbagai softskill siswa. Jika hal ini terus dilakukan maka akan semakin banyak generasi bangsa yang mampu menciptakan lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran.

Menurut Asep Gerakan Kolaborasi Guru Pemimpin mendukung saran dari Global Education Monitoring tahun 2020 yang dikeluarkan UNESCO pada 8 September untuk menguatkan peran guru dalam menghubungkan ruang-ruang kelas ajar dengan pengalaman-pengalaman dalam kehidupan melalui aktivitas pembelajaran berbasis pada permasalahan di masa pandemi Covid 19. “Implementasi Startup Project Leadership dalam pembelajaran mampu melibatkan orang tua dalam pembelajaran sebanyak 83 persen, bahkan sebanyak 43 persen guru mampu melibatkan masyarakat dan stakeholder dalam pembelajaran siswa,” tuturnya.

Seminar Hari Guru Nasional dan Pameran Startup Project Leadership menjadi puncak perayaan gerakan Kolaborasi Guru Pemimpin yang dihadiri oleh 1000 guru dari berbagai provinsi di Indonesia.

Turut hadir dalam acara Dr. Praptono, Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud RI, Dr. H Aidy Furqan, S.Pd., M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nasyith Majidi, Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika, M.Syafi’ie Al Bantanie, Direktur Dompet Dhuafa Pendidikan, Asep Ihsanudin,S.Pd, Ketua Sekolah Guru Indonesia, Dr. Indra Cahya Uno, perwakilan pengusaha, dan Arie Wijayantie, S.Pd, Perwakilan Peserta Kolaborasi Guru Pemimpin. (Ikhwan / BP)

Exit mobile version