BulukumbaPos – Riya’ dari sisi makna adalah menampakkan amalan shaleh guna mencari pujian manusia.
Menampakkan sedekah supaya di puji, menampakkan sholat dan puasa supaya dipuji, berjihad, menuntut ilmu, dan menampakkan berbagai amal ibadah lainnya demi pujian dan sanjungan manusia dan bukan niat ibadah karna Allah.
Misalnya saja begitu banyak amalan-amalan yang ditebar melalui media sosial, apa lagi dibulan ramadhan ini, ada beberapa yang memposting foto makanan mahal, atau saat makan di restoran mahal, ada yang foto lagi ngaji bahkan sholat, dan status-status lainnya.
Lalu, Apa hukumnya? Riya’ merupakan dosa besar. Karena riya’ termasuk perbuatan syirik kecil. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Menampakkan amalan sholih dalam rangka mencari pujian manusia.
Ingatlah saudaraku seiman.! Apabila suatu amalan dilandasi rasa riya dari awalnya, maka ini bisa menyebabkan suatu amalan tertolak dan tidak diterima di sisi Allah Azza wa Jalla. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian menghilangkan pahala sedekahmu dengan selalu menyebut-nyebut dan dengan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang-orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari akhir”. (Al Baqarah: 264)
Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu Wata’ala mengabarkan bahwa sedekah yang selalu disebut-sebut atau menyakiti perasaan si penerima akan menyebabkan hilangnya pahala sedekah tersebut di sisi Allah, sebagaimana orang yang riya’ dalam infaq dan sedekahnya. Selain tertolaknya amalan, pelaku riya’ juga di ancam dengan neraka.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dalam sebuah hadits bahwa yang pertama kali dihisab di hari kiamat adalah tiga golongan manusia: Pertama; Seseorang yang mati di medan jihad, Kedua; pembaca Al Qur’an, dan yang, Ketiga; seseorang yang suka berinfaq.
Ketiga golongan manusia ini Allah subhanahu wata’ala campakkan dalam An Naar (neraka) karena mereka beramal bukan karena Allah subhanahu wata’ala namun sekedar mencari pujian dan popularitas. (HR. Muslim no. 1678).
Bagaimana jika rasa riya’itu muncul di tengah-tengah amalan? Seseorang melakukan suatu amalan dengan niat awal dalam hatinya adalah hanya untuk Allah kemudian ditengah-tengah melakukan amalan tersebut terbersit rasa riya'( ingin dipuji). Maka yang seperti ini dirinci : Apabila dia berusaha untuk menghilangkan rasa riya’ yang tiba-tiba hinggap tersebut dan tidak memperdulikannya serta bersungguh-sungguh berusaha untuk memurnikan niatnya hanya untuk Allah semata maka riya’ tersebut tidak akan membahayakannya.
Apabila riya tersebut terus diikuti hingga akhir amalannya dan amalan yang dilakukan adalah jenis amalan yang bersambung dari awal sampai akhir seperti sholat, maka amalan tersebut akan tertolak dan pelakunya pun akan mendapatkan ancaman siksa neraka. Dan apabila amalannya adalah amalan yang terpisah antara awal dengan yang akhir misalnya sedekah untuk dua orang dalam waktu yang sama. Ketika bersedekah kepada yang ke-1 ikhlas kemudian kepada yang ke-2 muncul rasa riya’, maka riya’ tidak akan membahayakannya pada keadaan pertama,dan akan membahayakannya pada keadaan kedua. Penulis: Zulfatul Hijra
Editor: (**wan_bp)