BulukumbaPos – Tsunami yang terjadi di selat sunda yang menerjang Banten dan Lampung menelan ratusan korban jiwa. Hingga kini ada 229 orang yang telah dinyatakan meninggal dunia akibat tsunami yang terjadi pada, Sabtu (22/12/2018) pukul 21.27 WIB.
Selain korban tewas, sebanyak 408 orang hilang, 720 orang luka-luka dan 4.411 orang mengungsi hingga saat ini. Selain itu, total kerugian materil hingga malam tadi terdiri dari 528 unit rumah rusak berat, 1 unit rumah hilang tersapu ombak, 82 unit rumah rusak ringan hingga 1 unit dermaga rusak berat, kata Kepala Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Data yang diterima saat ini masih sementara. Mulai dari TNI, Polri, PMI, Tagana, BPBP masih terus melakukan pencarian korban. Jalan-jalan. Juga masih ad ayang tertutup material yang terbawa tsunami,” katanya saat jumpa pers di kantor BPBD DIY, Minggu (23/12/2018)
Tanpa gempa bumi, tsunami yang tiba-tiba datang dan memporak – porandakan Banten dan Lampung.
Sehari setelah tsunami, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rudy Suhendar, menduga aktivitas Gunung Anak Krakatau sebagai pemicu gelombang tinggi yang menerjang wilayah Banten dan Lampung Selatan.
Rudy menyebutkan Gunung Anak Krakatau meletus pada Sabtu (22/12) pukul 21.03 WIB. Beberapa menit kemudian, tepatnya pada pukul 21.27 WIB, gelombang tsunami menerjang wilayah Banten dan Lampung Selatan.
Longsoran bawah laut akibat meletusnya Gunung Anak Krakatau inilah yang diduga menjadi pemicu tsunami yang menerjang wilayah Banten dan Lampung Selatan.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu yang menyesatkan. Update penanganan darurat akan terus disampaikan. (**Ewhink)